Jumat, 02 Maret 2012

WASPADAI PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI


Akhir-akhir ini beberapa pasien kronis yang sudah dirawat berbulan-bulan dan tidak pernah dikunjungi oleh keluarga menunjukkan sikap keputusasaan dan mencoba mengancam akan mengakhiri kehidupannya. Perawatan dan terapi yang sudah maksimal diberikan seolah tidak berpengaruh bagi pasien. Mereka butuh dukungan dari keluarga. Hal ini menjadi suatu fenomena yang harus ditanggapi secara serius.
Dari hasil penelitian Mustikasari, SKp. MARS (2004), dikatakan bahwa Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Penelitian Black dan Winokur (1990) bahwa lebih dari 90% tiap menit individu yang mengalami gangguan jiwa melakukan bunuh diri (Stuart dan Laraia, 1998). Dan lebih dari 90% orang dewasa dengan gangguan jiwa mengakhiri hidup dengan bunuh diri (Stuart dan Sundeen, 1995). 
Selain itu, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 bahwa 185 dari 1000 anggota rumah tangga mengalami gangguan jiwa dengan angka bunuh diri 1,6 sampai dengan 1,8 per 100.000 penduduk (Panggabean, 2003). Sedangkan penelitian yang dilakukan Westa (1996) bahwa percobaan bunuh diri di UGD RS Sanglah Bali pada individu gangguan jiwa terbanyak adalah dewasa muda, wanita dan alat yang digunakan untuk usaha bunuh diri adalah zat pembasmi serangga.
Alasan individu mengakhiri kehidupan adalah: 1) Kegagalan untuk beradaptasi,
2) Perasaan terisolasi,
3) Perasaan marah/ bermusuhan,
4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan,
5) Tangisan minta tolong.                       
Selain itu adanya stigma masyarakat bahwa kecendrungan bunuh diri adalah karena keturunan. Dimana individu tersebut oleh masyarakat sudah dicap dan tidak perlu ditolong. Penyebab perilaku bunuh diri pada individu gangguan jiwa karena stress yang tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Keliat, 1993).

Pasien yang bagaimanakah yang harus diwaspadai oleh perawat?
Bila pasien menunjukkan:
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”.
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,  namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya  mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/  sedih/ Marah/ putus asa/ tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal - hal negatif tentang diri sendiri.

2. Ancaman bunuh diri 
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut.
Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak   disertai dengan percobaan bunuh diri. 

3. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien  aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.

Apa yang harus dilakukan oleh   perawat?
1. Perlunya kewaspadaan dan penanganan secara intensif pada klien perilaku mencederai diri: bunuh diri, yaitu perlindungan bagi klien (menjauhkan dari benda-benda yang memudahkan klien untuk bunuh diri).
2. Perlunya peningkatan pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien bunuh diri.
3. Perlunya meningkatkan dukungan sosial seperti keluarga, teman dekat dan lainnya.
4. Dokumentasikan setiap respon pasien dan asuhan keperawatan  yang telah dilakukan.