Jumat, 07 Desember 2012

FOTO KUNJUNGAN KE RS.SOEHATO HEERDJAN

Tanggal 21 - 23 November 2012 Ns. Rosdiar, S. Kep selaku Ketua Komite Keperawatan dan Ns Zaibah, S. Kep selaku Kasie Keperawatan Jiwa, di beri kepercayaan untuk melakukan kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi pelayanan kesehatan jiwa ke RS. Soehato Heerdjan (RSSH) Jakarta. Adapun Tujuan kunjungan adalah untuk melihat secara langsung pelaksanaan kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok di ruang rawat Inap dan Ruang Rehabilitasi RSSH .Selain itu juga untuk melihat dan mempelajari proses kegiatan Konsultasi Keperawatan Jiwa di Polyklinik. Juga sistim penganggaran dan klaim untuk kegiatan tersebut.
Selama kunjungan kami ditemani oleh Kasi Rawat Inap RSSH Ibu Carolin.
foto di ruang musik rehabilitasi

Ruang Salon

Lobby Rehabilitasi







Terapi Kelompok dipimpin oleh OT



wawancara dengan perawat di ruang Konsultasi Keperawatan Jiwa Polyklinik RSSH

Nich dia ....meja khusus untuk perawat

Wah....gak kelihatan...itu dibelakang ada tulisan khusus layanan konsultasi keperawatan jiwa lho....

dan ada pola tarif untuk konsultasi keperawatan jiwa....Rp. 57.000/konsultasi....gak kelihatan ya....

Sebelum pulang foto dulu di depan Rumah Sakit Soeharto Heerdjan...,.trims ya bu Carol....udah bawa kita keliling....








Kamis, 06 Desember 2012

Pda Konas IX di Lombok NTB(22-24 Nov 2012), RSJ Tampan  mempresentasikan pengembangan pelayanan keperawatan yang sudah dilaksanakan di RSJ. Laporan hasil Pengembangan CMHN di Prop. Riau dan pengembangan layanan UPIP .
Selain itu pada Akhir acara utusan Riau berkampanye untuk menjadi tuan rumah pada Konas ke XI. Perolehan suara sangat luar biasa dari 200 peserta , Riau berhasil mendapatkan 169 suara, yang artinya Riau harus segera mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah Konas   Keperawatan Jiwa tahun 2014.
bagaimana teman-teman....2 tahun bukan waktu yang panjang....., karena kegiatan ini perlu persiapan yang matang, kerja keras danlain-lain....OK...Semangat...

Minggu, 24 Juni 2012

 TERAPI KEJANG LISTRIK


Nn. A sudah 2 minggu dirawat. Wajahnya masih tampak sedih, tidak mau bicara, malas bersosialisasi dengan orang lain, banyak tidur, kadang- kadang menolak makan dan minum obat. Terapi obat-obatan tidak membuat Nn. A untuk tersenyum atau bicara. Dengan pertimbangan yang matang, pemeriksaan fisik dan konsultasi dengan dengan dokter spesialis penyakit dalam akhirnya psikiater memutuskan untuk melakukan Terapi Kejang Listrik atau dikenal dengan Elektro Konvulsive Therapy (ECT).
Alhamdulillah satu kali ECT, kondisi Nn. A mengalami perubahan yang signifikan. Nn. A mulai mau bicara, minta minum pada perawat, bisa tersenyum dan mengatakan mau mandi. ECT kedua, Nn. A mulai  minta mukena mau sholat, makan dan mau minum obat. ECT ketiga klien sudah mau bersosialisasi dengan klien lain dan mau melakukan aktifitas di ruangan.

Apa itu ECT
Elektro Konvulsif Terapi (ECT) adalah salah satu pengobatan fisik dengan menggunakan arus listrik melalui elektroda dengan voltase diatur dari tingkat terendah yang akan menghasilkan efek terapi.
Indikasi Dilakukannya ECT
ECT boleh diberikan kepada pasien dengan :
-  Depresi berat: termasuk depresi involutif (pd usia lanjut)
-   Gangguan bipolar
-   Schizophrenia , terutama :
Tipe katatonik
Tipe schizoafektif Akut

Jumat, 20 April 2012

RSJ TAMPAN MENJADI PUSAT KEGIATAN BAKTI SOSIAL PADA HUT PPNI 38


Sabtu pagi tepatnya tanggal 10 Maret 2012, PPNI Pekanbaru mengadakan Bakti Sosial di RSJ Tampan. Kegiatan ini merupakan rangkaian perayaan HUT PPNI Ke 38. Bakti Sosial kali ini berupa kunjungan Pengurus PPNI Pekanbaru dan donor darah.
Pada kunjungan PPNI Pekanbaru, peserta disuguhkan dengan penampilan seni bertempat di Aula Rehabilitasi RSJ Tampan. Genderang kompang dan rebana mengiringi nyanyian pasien—pasien RSJ Tampan. Bahkan direktur Utama RSJ Tampan ikut bersama menyanyikan lagu “Lancang Kuning” ditempat duduknya. Aksi kreatif pasien lainnya, berbalas pantun membuat suasana semakin semarak. Hadir pada kegiatan tersebut Pengurus PPNI Pekanbaru, perawat, mahasiswa keperawatan, jajaran direksi dan pejabat eselon  III dan IV RSJ Tampan.
Pada sambutannya, Direktur Utama RSJ Tampan menyambut positif kegiatan ini dan mengucapkan selamat HUT PPNI buat perawat di Indonesia. Selain itu, perlunya organisasi  profesi termasuk PPNI meningkatkan kepedulian kepada masyarakat. Pada akhir kunjungan, PPNI Pekanbaru menyerahkan bingkisan secara simbolis buat pasien RSJ Tampan.
Setelah itu, bakti sosial dilanjutkan dengan kegiatan donor darah. Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan PMI Pekanbaru bertempat di gedung Shaleh Hasyim RSJ Tampan. Sekitar ratusan peserta donor darah tampak antusias dan menyumbangkan darahnya pada kegiatan tersebut. Diharapkan dengan adanya kegiatan bakti sosial ini dapat meningkatkan kepedulian perawat terhadap masyarakat.

RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU DAN PSIK UR MEMBENTUK KELURAHAN SIAGA SEHAT JIWA

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau (PSIK-UR) bekerja sama dengan Rumah Sakit Jiwa Tampan, Puskesmas dan   Kelurahan Simpang Baru membentuk Kelurahan Siaga Sehat Jiwa atau disingkat KSSJ. Pembentukan KSSJ bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat  terkait masalah kesehatan jiwa dan menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam mencapai hidup sehat baik fisik maupun kejiwaan. 
Pembentukan KSSJ di Kelurahan Simpang Baru ini merupakan yang pertama di Kota Pekanbaru yang diprakarsai oleh TIM dosen Keperawatan Jiwa PSIK-UR yaitu Ns.Jumaini, M.Kep, Sp.Kep. J, Ns. Sri Wahyuni, M.Kep, Sp. Jiwa, dan Veny Elita, SKp, MN(MH). Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan proses praktik profesi Ners Keperawatan Jiwa mahasiswa PSIK UR.
Penentuan wilayah Kelurahan Simpang Baru sebagai kelurahan pertama yang dibina dengan pertimbangan bahwa Universitas Riau dan RSJ Tampan berada dalam wilayah kelurahan tersebut.  Pembentukan KSSJ mengacu pada Paradigma Pembangunan Kesehatan Jiwa dari  DEPKES RI, dimana terjadi pergeseran paradigma dari pelayanan berbasis rumah sakit menuju    pelayanan yang berbasis komunitas.
Langkah awal pembentukan KSSJ adalah dengan pelaksanaan  Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa bagi para kader kesehatan dari 16 RW yang ada di wilayah kerja Puskesmas Simpang Baru. Pelatihan Kader ini dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 8-9 Maret 2012 di aula kantor Kelurahan Simpang Baru. Acara ini mendapat sambutan yang luar biasa dari pihak kecamatan Tampan, Kelurahan dan Puskesmas Simpang Baru. Acara pembukaan dihadiri oleh Lurah Simpang Baru, Dra. Hj. Liswarti; Ketua PSIK-UR, H. Erwin, SKp, M.Kep; Kepala Puskesmas Simpang Baru, dr. Susi Andriyani; Kasi Keperawatan mewakili Direktur RSJ Tampan, Ns. Zaibah, S.Kep; psikiater RSJ Tampan, dr. Andriza, Sp.KJ dan Sekretaris Camat Tampan, Bpk. Abdul Jalil, S.P yang menyampaikan pembukaan sekaligus membuka acara. Bapak Sekcam sangat antusias dengan kegiatan ini dan diharapkan kegiatan ini dapat terus dilakukan secara berkesinambungan. Sedangkan kader yang hadir berjumlah 80 orang. Dari 16 RW di Kelurahan Simpang Baru hanya 3 RW saja yang kadernya berhalangan hadir.  Pada penutupan acara, Lurah Simpang Baru, ibu Dra. Hj. Liswarti berpesan bahwa diharapkan kegiatan ini dapat terus dilaksanakan dan kepada para kader ibu Liswarti menyampaikan rasa bangganya dengan aktifnya para ibu kader selama pelatihan.

Dikutip dari Buletin Perawat Edisi 13 , April 2012


Jumat, 02 Maret 2012

WASPADAI PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI


Akhir-akhir ini beberapa pasien kronis yang sudah dirawat berbulan-bulan dan tidak pernah dikunjungi oleh keluarga menunjukkan sikap keputusasaan dan mencoba mengancam akan mengakhiri kehidupannya. Perawatan dan terapi yang sudah maksimal diberikan seolah tidak berpengaruh bagi pasien. Mereka butuh dukungan dari keluarga. Hal ini menjadi suatu fenomena yang harus ditanggapi secara serius.
Dari hasil penelitian Mustikasari, SKp. MARS (2004), dikatakan bahwa Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Penelitian Black dan Winokur (1990) bahwa lebih dari 90% tiap menit individu yang mengalami gangguan jiwa melakukan bunuh diri (Stuart dan Laraia, 1998). Dan lebih dari 90% orang dewasa dengan gangguan jiwa mengakhiri hidup dengan bunuh diri (Stuart dan Sundeen, 1995). 
Selain itu, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 bahwa 185 dari 1000 anggota rumah tangga mengalami gangguan jiwa dengan angka bunuh diri 1,6 sampai dengan 1,8 per 100.000 penduduk (Panggabean, 2003). Sedangkan penelitian yang dilakukan Westa (1996) bahwa percobaan bunuh diri di UGD RS Sanglah Bali pada individu gangguan jiwa terbanyak adalah dewasa muda, wanita dan alat yang digunakan untuk usaha bunuh diri adalah zat pembasmi serangga.
Alasan individu mengakhiri kehidupan adalah: 1) Kegagalan untuk beradaptasi,
2) Perasaan terisolasi,
3) Perasaan marah/ bermusuhan,
4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan,
5) Tangisan minta tolong.                       
Selain itu adanya stigma masyarakat bahwa kecendrungan bunuh diri adalah karena keturunan. Dimana individu tersebut oleh masyarakat sudah dicap dan tidak perlu ditolong. Penyebab perilaku bunuh diri pada individu gangguan jiwa karena stress yang tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Keliat, 1993).

Pasien yang bagaimanakah yang harus diwaspadai oleh perawat?
Bila pasien menunjukkan:
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”.
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,  namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya  mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/  sedih/ Marah/ putus asa/ tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal - hal negatif tentang diri sendiri.

2. Ancaman bunuh diri 
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut.
Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak   disertai dengan percobaan bunuh diri. 

3. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien  aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.

Apa yang harus dilakukan oleh   perawat?
1. Perlunya kewaspadaan dan penanganan secara intensif pada klien perilaku mencederai diri: bunuh diri, yaitu perlindungan bagi klien (menjauhkan dari benda-benda yang memudahkan klien untuk bunuh diri).
2. Perlunya peningkatan pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien bunuh diri.
3. Perlunya meningkatkan dukungan sosial seperti keluarga, teman dekat dan lainnya.
4. Dokumentasikan setiap respon pasien dan asuhan keperawatan  yang telah dilakukan.




Rabu, 29 Februari 2012

PERAN DAN KONTRIBUSI ORGANISASI PROFESI IKATAN PERAWAT KESEHATAN JIWA INDONESIA (IPKJI) DALAM PENGEMBANGAN PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU.

IKATAN PERAWAT KESEHATAN JIWA
INDONESIA (IPKJI)  PROVINSI  RIAU
      

PERAN DAN KONTRIBUSI ORGANISASI PROFESI IKATAN  PERAWAT KESEHATAN JIWA INDONESIA (IPKJI) DALAM PENGEMBANGAN PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU.

A.    PERAN IPKJI :
1.      Advokasi pelayanan keperawatan jiwa terhadap klien gangguan jiwa dan keluarganya.
2.      Advokasi terhadap pihak manajemen RSJ. Tampan tentang fasilitas dan peralatan perawatan klien gangguan jiwa yang manusiawi, menghormati harkat dan martabat klien sebagai seorang manusia sejak tahun 2006.
3.      Advokasi pada pihak manajemen RSJ.Tampan tentang kualitas, kuantitas dan kesejahteraan tenaga keperawatan sejak tahun 2005.
4.      Mengkoordinasikan dan melakukan sinergi antara Intitusi Perguruan Tinggi Keperawatan dengan standar Pelayanan Keperawatan di RSJ. Tampan.

B.     KONTRIBUSI IPKJI :
  1. Mengusulkan dan mengembangkan metode pelayanan keperawatan jiwa di rawat inap dengan metote MPKP sejak tahun 2005.
  2. Mengusulkan dan mengembangkan alur pelayanan di RSJ. Tampan sesuai kondisi (tingkat ketergantungan) klien dari saat masuk RS sampai pulang.
  3. Mengusulkan pembentukan UPIP sebagai tempat perawatan klien dalam kondisi akut dan sub akut sesuai standar sehingga tidak melanggar HAM pada klien sejak tahun 2008.
  4. Mengusulkan dan mengembangkan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat (CMHN) di Provinsi Riau sejak tahun 2010.
  5. Mengusulkan kepada Pimpinan RSJ. Tampan wilayah Kecamatan Tampan sebagai wilayah binaan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat (CMHN) di kota Pekanbaru dengan bekerjasama dengan PSIK Universitas Riau dan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dimulai tahun 2012.
  6. Mengusulkan anggaran peningkatan kualitas SDM keperawatan sesuai jenis pelayanan keperawatan yang di kembangkan oleh IPKJI baik di RSJ.Tampan maupun berbasis masyarakat sejak tahun 2005.
  7. Melakukan pengendalian mutu pelayanan keperawatan yang telah dikembangkan baik di RSJ. Tampan maupun di masyarakat.


  KETUA PW-IPKJI PROV. RIAU

DTO

Ns. Syaparuddin Daud, S.Kep, MM



Senin, 02 Januari 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN WAHAM


PENGKAJIAN

1.   Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

2.  Tanda dan Gejala waham adalah :
Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi terhadap perilaku berikut ini:
a.  Waham kebesaran
      Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan  
      berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
      Contoh: “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “Saya
                     punya tambang emas”
b.   Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha    merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
      Contoh: “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup
                    saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”
c.       Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian 
                putih setiap hari”
d.      Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
               ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan
               bahwa ia terserang kanker.

e.       Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Ini khan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :
“Assalamualaikum bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”

1.      Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap?
2.      Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3.      Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak nyata?
4.      Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5.      Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6.      Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar?
7.      Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya.
 Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosa keperawatan:
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
                        

TINDAKAN KEPERAWATAN
1.      Tindakan keperawatan untuk pasien
  a.      Tujuan
1)            Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2)            Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3)            Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4)            Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
b.Tindakan
1)            Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a). Mengucapkan salam terapeutik
b). Berjabat tangan
c). Menjelaskan tujuan interaksi
d). Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
2)            Bantu orientasi realita
a)      Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b)      Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c)      Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d)     Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya
e)      Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
3)      Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
4)       Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan        emosional pasien
5)      Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
6)      Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7)      Berdiskusi tentang obat yang diminum
8)      Melatih minum obat yang benar

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan  pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI:
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti,  saya yang akan merawat abang hari ini. Nama abang siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?”
Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?”

KERJA:
Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang
bang B rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?”
 “Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”
 “O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan kalau di rumah terus ya”

TERMINASI

Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam  lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”

SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekkannya

ORIENTASI

“Assalamualaikum bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah bang B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran abang?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bang B tersebut?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal tersebut?”
 KERJA
“Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain volley seperti itu  lho B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).
“Bisa bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa yang dulu mengajarkannya kepada bang B, dimana?”
“Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik  itu?”
“Wah..baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadual untuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali sehari/seminggu bang B mau bermain volley?”
“Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain volley?”

 TERMINASI

“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan abang?”
“Setelah ini coba bang B lakukan latihan volley sesuai dengan jadual yang telah kita buat ya?”
 “Besok kita ketemu lagi ya bang?”
“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B minum, setuju?”

SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI

“Assalamualaikum bang B.”
“Bagaimana bang sudah dicoba latihan volleynya? Bagus sekali” 
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang obat yang bang B minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?”
“Berapa lama bang B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?
 KERJA
 “Bang B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?”
“ Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,   tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam bang, yang warnanya oranye  namanya CPZ gunanya agar tenang,  yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang  merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7  malam”.
 “Bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering,  untuk membantu mengatasinya abang bisa banyak minum  dan mengisap-isap  es batu”.
 “Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya bang B tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.
 TERMINASI
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap
  tentang obat yang bang B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan abang. Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Bang!”
“bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?”
“Sampai besok.”